Alhamdulillah setelah melalui beberapa tahap diantaranya pertemuan, penentuan kriteria penilaian hingga pemilihan keluar 10 nama penerima dari 34 calon oleh Dewan Juri. Pesantren IMMIM terpilih sebagai salah satu penerima Program Support Best of Practices Japan yang dimana program ini merupakan dukungan kegiatan untuk Alumni Program “Pesantren Leaders Visit to Japan”. Ibu Ir. Hj. Nur Fadjri Fadeli Luran M.Pd, Ketua YDP Pesantren IMMIM merupakan Alumni Program “Pesantren Leaders Visit to Japan” Tahun keberangkatan 2005
Pada program Support of Best Practices ini, Pondok Pesantren IMMIM mengambil tema tentang kebersihan. Belajar dari negara Jepang yang merupakan salah satu negara dengan budaya bersih terbaik di dunia. Lingkungan di negara ini sangat bersih bukan karena adanya larangan membuang sampah atau denda yang besar untuk pembuang sampah. Akan tetapi, karena warga Jepang punya kesadaran untuk menjaga kebersihan. Semua orang Jepang sadar untuk tidak mengotori tempat-tempat umum. Masyarakat di sana tidak segan memungut sampah yang mereka temukan di jalan atau bahkan rela meluangkan waktu untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka demi menjaga kebersihan. Terbentuknya budaya bersih ini terjadi karena menjaga kebersihan sudah menjadi rutinitas orang Jepang sejak masih kecil ketika menempuh pendidikan di sekolah maupun ketika berada di rumah.
Selain kesadaran bersih masyarakat Jepang yang tinggi, pemerintah Jepang juga sangat memfasilitasi warganya untuk membuang sampah dengan adanya sistem pembuangan sampah yang baik. Salah satunya adalah dengan adanya tempat sampah pemilah untuk memisahkan berbagai jenis sampah. Sampah-sampah yang telah dipilah selanjutnya dapat diproses kembali seperti sampah organik yang diolah menjadi pupuk kompos.
Berdasarkan tersebut, Pesantren IMMIM Putra Makassar bermaksud untuk menerapkan program budaya bersih Jepang untuk seluruh warga pondok pesantren. Untuk mendukung program tersebut, dapat dimulai dengan pengadaan tempat sampah pemilah. Melalui program tempat sampah pemilah ini, warga pesantren diwajibkan untuk membuang sampah sesuai dengan tempat jenis tempat sampah pemilahnya.
Alhamdulillah bantuan untuk keluarga santri yang terkena dampak bencana gempa di Sulawesi Barat sudah sampai. Kepada seluruh keluarga IMMIM, Alumni, Orang Tua Santri, serta Sohib IMMIM yang ikut serta membantu, kami ucapkan Terima kasih yang sebesar²nya.
Dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang Muslim yang sedang kesulitan, maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan di akhirat
H.R. Muslim
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan sohib IMMIM 🤲🏻. Serta doa untuk keluarga kita yang berada di Sulawesi Barat, semoga Allah SWT memberikan perlindungan serta ketabahan dan keikhlasan. Aamiin 🤲🏻
Menyambut hari masuknya santri yang dijadwalkan bulan Februari nanti. Pondok Pesantren IMMIM melakukan swab antigen kepada seluruh warga pondok baik pembina, staf, dan karyawan tanpa terkecuali. Ini diharapkan sesaat sebelum santri masuk pondok seluruh warga pondok sudah harus steril duluan dari gejala covid.
Kemudian nantinya saat santri-santri juga masuk pondok sudah harus memiliki keterangan sehat berupa hasil dari swab antigen agar proses belajar mengajar kembali kondusif dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Alhamdulillah semester kemarin proses belajar mengajar tatap muka berjalan sangat lancar dan tidak ada satupun kasus santri terkait covid.
Penulis: Nur Ahmad Syahid, S.T. IT Support Pesantren IMMIM Putra Makassar
LEGENDA datang silih berganti. Berkelana dengan ide dan
perjuangan. Meninggalkan karya dan inspirasi. Warisan mereka berlanglang,
melintas zaman serta generasi. Tokoh-tokoh berlabel the Great senantiasa
menancapkan citra yang kuat untuk dikenang. Sebab, mereka mengukir sukses
cemerlang dengan gelimang prestasi eksplosif. Para legenda mempersembahkan
potensi demi masa depan. Planet ini seolah tidak bisa berotasi tanpa mereka.
Dari sejumlah legenda yang lahir di Sulawesi Selatan, sosok
Fadeli Luran tergolong figur yang acap dibincangkan penuh takzim. Visinya
menjadi pilar perubahan positif. Segenap aksesori pencitraannya cuma karya dan
inspirasi. Warisan Fadeli Luran berupa Pesantren Modern IMMIM tak lapuk diterpa
inovasi teknologi, fluktuasi mata uang, dinamika sosial serta modernitas
budaya.
Fadeli Luran dan IMMIM (Ikatan Masjid Musalla Indonesia
Muttahidah), ibarat koin. Kedua sisi berbeda, tetapi, nilai sama. Fadeli Luran
tidak bisa dilepaskan dari IMMIM. Begitu pun sebaliknya. IMMIM tergolong pusaka
supremasi Fadeli Luran sebagai tokoh historis. IMMIM tak pudar diterpa zaman,
tak padam ditembus peradaban. Tetap kukuh di abad 21.
Die Hard
Sebelum dan sesudah kehadiran IMMIM, terlihat sosok Fadeli Luran
yang unik. Motivasinya setegar karang sekaligus pantang menyerah. Di garis
finish hidupnya, ia dikenal sebagai orang kampung yang menjelma spesies super.
Idenya gemilang untuk disorot sejarah. Alhasil, namanya bertabur tabik takzim.
Fadeli Luran adalah die hard (pantang mengalah) seperti sosok
Letnan John McClane (Bruce Willis) di film Die Hard. Di sisi lain, Fadeli Luran
juga figur yang tabah. Ia tahu bagaimana menghayati sifat sabar. Ia difitnah,
diburu, disiksa serta dipenjarakan. Semua ada ujungnya, batasnya dan akhirnya.
Saat kesabaran terus teruji, semuanya pun berubah berkat perputaran nasib.
Keberuntungan kemudian berpihak kepada insan sabar. Fadeli Luran menggapai
elemen eksistensi hidup yang selezat kurma Ajwa. Semua mendadak indah
sebagaimana pepatah Arab: “man shabara zhafira” (orang sabar pasti berjaya).
Bertaruh Salam
Fadeli Luran serta Muhammad Jusuf Kalla pernah bertaruh tentang
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr Daoed Joesoef. Keduanya bertaruh tentang
salam “Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”. Bila Daoed Joesoef
mengucapkan salam, berarti Fadeli Luran yang menang. Tentu saja, hadiahnya
sekedar kebanggaan.
Usai upacara Dies Natalis Universitas Hasanuddin, Daoed Joesoef
pun bergegas ke Bandara Hasanuddin di Mandai. Ketika akan naik ke pesawat.
Fadeli Luran menjabat tangan sang menteri sambil mengucap salam: “Assalamu
Alaikum warahmatullahi wabarakatuh”. Mendengar itu, Daoed Joesoef hanya
tersenyum. Pendiri IMMIM itu mengulang lagi. Jawaban Daoed Joesoef tetap tidak
ada kecuali gumam kecil. Gelagat yang diperlihatkan tokoh Centre for Strategic and
International Studies (CSIS) tersebut membuat Fadeli Luran memegang erat tangan
Daoed Joesoef seraya meninggikan suara. “Assalamu alaikum warahmatullahi
wabarakatuh”.
Suasana yang menimbulkan keterpaksaan itu, mendorong Daoed
Joesoef membalas salam Fadeli Luran. Kalau tidak, jelas tangan Mendikbud tak
bakal dilepas.
Saat terjadi demonstrasi helm yang banyak menelan korban jiwa,
massa mengerubungi rumah Fadeli Luran di Jalan Lanto Daeng Pasewang No 55.
Pasalnya, 1 November 1987 pada pukul 20.30, seorang penyiar TVRI Ujung Pandang,
mengutip pernyataannya bahwa “memakai helm wajib hukumnya”. Mahasiswa yang
marah atas tragedi helm, akhirnya berduyun-duyun mengerubuti rumahnya. Padahal,
Fadeli Luran tidak pernah melontarkan fatwa bahwa “memakai helm wajib hukumnya”.
Ajal Menjemput
FADELI Luran wafat pada Ahad, 1 Maret 1992. Ia menghembuskan
nafas terakhir di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Menjelang ajalnya, Fadeli
Luran cuma mampu mengunyah empat sendok bubur yang diberikan Siti Rahmah, istri
yang setia menemaninya dalam suka dan duka.
Ketika seteguk air membasahi tenggorakannya, Fadeli Luran
tiba-tiba batuk. Mendadak di sekelilingnya berubah gelap. Suster kemudian
membantu detak jantungnya dengan alat pernafasan. Di layar monitor
elektrokardiogram (EKG), terlihat grafik denyut jantungnya redup menjadi garis
tipis lurus pertanda kematian mulai menyongsong. Tangannya yang lemah lalu
mencabut selang pernafasan yang melengket di hidung. Dengan suara pelan, Fadeli
Luran lantas menyebut asma Tuhan, “Allah…”.
Detik-detik mencekam tersebut berakhir dengan terhentinya detak
jantung. Nafas pun putus. Legenda itu akhirnya menemui ujung perjalanan. Ia
pamit dari kefanaan di usia senja setelah mengukir momen-momen indah dalam
hidupnya. Innalillahi wa innailaihi rajiun.
Bukan TMP
Pukul 07.30. WIB, Fadeli Luran meninggalkan segala hal yang
telah dipejuangkan. Pengagum Bung Hatta yang banyak meninggalkan monumen Islam
tersebut, tak kuasa menahan ajalnya.
Kesehatan Fadeli Luran menurun sejak operasi penyakit penyempitan
pembuluh darah yang terdapat di kakinya di Rumah Sakit Academisch Medisch
Centrum (AMC) di Universiteit van Amsterdam, Belanda pada 1987. Selain
menderita katarak, ia pun mengidap lever.
Fadeli Luran wafat penuh kehormatan. Tidak meninggalkan cemooh.
Tak ada lidah-lidah bergunjing jahat atas martabatnya di panggung sejarah. Ia
petarung kehidupan yang bekerja sampai tersungkur roboh. Ia dimuliakan berkat
karyanya yang abadi di panggung sejarah. Fadeli Luran adalah mitos yang
mendorong kualitas positif umat.
Ketika jenazah disemayamkan, Rahmah dihampiri petugas militer.
Petugas menyampaikan bahwa seluruh keperluan penguburan di Taman Makam Pahlawan
(TMP) segera disiapkan.
“Bapak tidak pernah menyebut TMP”, jelas Rahmah.
Satu jam berikutnya, petugas lain ke rumah duka. Ia hendak memastikan di mana Fadeli Luran akan dimakamkan. “TMP atau Pekuburan Islam Panaikang”. Rahmah tegas memilih pekuburan Islam karena tidak ada wasiat perihal TMP.
Presiden Soeharto saat bersilaturahmi dengan ulama se-Sulawesi Selatan yang dipimpin Fadeli Luran pada tahun 1970
Brilian
SEMASA hidupnya, sosok pria tinggi besar tersebut merupakan figur
pemimpin yang brilian. Arkian, ia sanggup menjabat berbagai posisi krusial di
sejumlah organisasi. Di samping Ketua Umum DPP IMMIM, Fadeli Luran juga
diangkat menjadi Ketua Orpeha (Organisasi Persaudaraan Haji) maupun anggota
Dewan Penyantun Unhas, Universitas Negeri Makassar, Universitas Muhammadiyah,
UIN Alauddin serta Universitas Bosowa.
Pada tahun 60-an, Fadeli Luran menjadi anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Gotong Royong (DPRD-GR) Kotapraja Makassar. Kurun waktu
1965-1967, ia menjabat Ketua Umum Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI). Pada
1967, Fadeli Luran yang punya kualitas kepribadian individu diserahi tugas oleh
Andi Pangerang Pettarani sebagai Ketua Yayasan Badan Wakaf UMI Makassar.
Bahkan, ia pun pernah ditunjuk sebagai penasehat lembaga drama. Ini membuktikan
bahwa Fadeli Luran cakap dalam aneka pokok bahasan. Sebab, mengutamakan
ketelitian logika. Berpikir, sesudah itu beraksi.
Satyalencana
Lembaran atribut Fadeli Luran, marak pula dengan pelbagai
prestasi di kemiliteran. Kendati mengakhiri karier ketentaraannya dengan
pangkat Letnan II, namun, ia pernah mengabdi sebagai Wakil Komandan Batalyon.
Di Kabapaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Fadeli Luran pernah menjabat
komandan kompi. Sedangkan surat penghargaan yang diperolehnya ialah
Satyalencana Bhakti 17 Agustus 1958, Bintang Gerilya 10 November 1958,
Satyalencana Peristiwa Aksi Militer Kesatu 17 Agustus 1958 dan Satyalencana
Peristiwa Aksi Militer Kedua 17 Agustus 1958.
Pada 1980, Fadeli Luran bersama Jusuf Kalla, AT Salama serta H
Ince Muhammad Ibrahim, membangun Rumah Sakit Faisal. Rumah sakit yang dibiayai
Kerajaan Arab Saudi tersebut, terletak di kawasan Gunungsari seluas lima
hektar. Dalam menopang keberadaannya, dibentuk pula Yayasan Rumah Sakit Faisal
(Yasrif).
Secercah harapan terlintas untuk membangun rumah sakit ketika
Duta Besar Saudi Arabia Sheikh Bakr Alkhamais menjalin ukhuwah dengan Fadeli
Luran. Niat luhur tersebut akhirnya mendapat lampu hijau seterang kristal dari
Kerajaan Arab Saudi. Selain sebagai pionir pembangunan serta Ketua Yasrif,
Fadeli Luran juga mendirikan Apotik Farida Rahmah pada 1980.
Murid HAMKA
Sekalipun banyak berkecimpung di bidang pendidikan, namun,
pendidikan formal Fadeli Luran hanya kelas III Sekolah Dasar. Jenjang
pendidikan seumur jagung itu, justru tidak menghalanginya tampil meng-SK-kan
lebih seribu sarjana.
Fadeli Luran bukan cuma fasih bergelut di dunia pendidikan, ia
pun aktif dalam berbagai kegiatan Islam. Hingga, masyarakat menyebutnya ulama.
Fadeli Luran menampik predikat tersebut. Ia lebih suka dirinya dianggap sebagai
zuama (pemimpin informal) yang membina organisasi kaum Muslim. Padahal, tempat
Fadeli Luran mengkaji ilmu keislaman adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(Buya Hamka) dan Mohammad Natsir. Buya Hamka sebagai Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pertama, malahan menganggapnya sebagai anak sendiri.
Wapres RI Ke 5 Sudarmono saat melakukan kunjungan di Pondok Pesantren IMMIM
Kompilasi Pujian
KISAH Fadeli Luran seolah koleksi hikayat dari kompilasi para
legenda Tanah Air. Sikap dan tindakannya memimpin organisasi, terekam dalam
memori kolektif. Mantan Walikota Makassar H Muhammad Daeng Patompo, memujinya.
“Kepemimpinan Fadeli Luran sulit ditemukan saat ini. Cuma
sedikit orang yang bisa memiliki kharisma seperti Fadeli Luran. Dia itu manusia
ngotot. Kengototannya, karena, bisa menghimpun umat Islam untuk ikut dalam
masjid. Apalagi, Fadeli Luran tidak pandang siang atau malam, yang jelas ia
selalu berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi”.
H Ilham Aliem Bachrie, tokoh pemuda era 90-an, melihat figur
Fadeli Luran sebagai insan agamis.
“Rasa cinta kepada agamanya sangat tinggi. Susah mencari orang
seperti Fadeli Luran. Sebab, ia ibarat gabungan tiga orang. Idenya cemerlang
serta mudah berkomunikasi dengan pelbagai golongan”.
“Fadeli Luran itu tegas sekaligus bijaksana. Dalam beberapa hal,
ciri leadership yang dimiliki bertipe paternalis. Di sisi lain, juga
demokratis. Fadeli Luran ibarat sebuah ungkapan, katakan yang benar walau
pahit”. Begitu tutur Baharuddin Daeng Massikki tentang Fadeli Luran.
A Hamid Aly, rekannya saat masih kecil mengungkap kalau Fadeli
Luran punya keistimewaan.
“Ia memang sudah dikaruniai oleh Tuhan berupa ilham dan ilmu”,
tegas Hamid Aly. Pernyataan ini menegaskan bahwa peran Fadeli Luran yang mutlak
sudah ditakdirkan.
Fadeli Luran Award
Waktu berputar, zaman berubah, tetapi, legenda tak habis
dikenang. Kini, tiap tahun diadakan pemberian Fadeli Luran Award. Penghargaan
ini diberikan kepada mubalig-mubalig agung Indonesia. Penerima Fadeli Luran
Award antara lain Prof Dr M Quraish Shihab dan Prof Dr Nasaruddin Umar.
Nama Fadeli Luran terus tergiang-nyaring. Di Pangkep, namanya
diabadikan sebagai penanda pengguna lalu-lintas yang bolak-balik hilir-mudik.
Jalan Fadeli Luran terletak di Jalan Poros Minasate’ne. Jalan Fadeli Luran
merupakan akses alternatif bagi para karyawan yang berdomisili di Makassar,
tetapi, bekerja di Pangkep.
Riwayat Fadeli Luran mengindikasikan nobody to somebody. From
nothing to something. From zero to hero. Inilah yang menginspirasi sejumlah
santri untuk menerbitkan buku bertajuk Fadeli Luran di Mata 100 Santri.
Haji Fedeli Luran Bersama Panglima ABRI Edi Sudrajat
Joki Tenrisannae
FADELI Luran mengeak pertama kali di Dusun Bampu, Desa Talaga, Enrekang.
Ia lahir dari rahim Haji Rawe pada 2 Januari 1922. Fadeli Luran merupakan anak
kedua dari enam bersaudara. Mereka adalah Misa, Fadeli, Kasim, Mastura, Hamida
dan Sawedi. Luran, ayahnya seorang penjual ikan di pasar kabupaten yang juga
petani garapan.
Bayi montok tersebut, tumbuh menjadi anak pemberani. Saat di SD,
keberaniannya menyentuh hati Tuan Guru Sahibe, kepala sekolahnya. Mentalnya
sudah siap jadi singa saat masih bocah. Hingga, ia dipercaya menjadi joki kuda
Sahibe yang bernama Tenrisannae (Tak Terduga). Fadeli Luran yang menunggang
Tenrisannae selalu juara satu. Mereka berlomba di pacuan kuda yang terletak di
kampung Patili. Kepopuleran Tenrisannae bersama Fadeli Luran, mendorong Sahibe
untuk memperkenankannya tinggal di rumahnya.
Selain bersekolah, Fadeli Luran pun ikut mengaji di Dusun Bamba, dua
kilometer dari Bampu. Di sana, ia diajar tajwid oleh Wa’ Baco. Kemampuan Fadeli
Luran membaca ayat suci al-Qur’an, ditunjang oleh suaranya yang nyaring
melengking. Bahkan, jika Wa’ Bco berhalangan, maka, Fadeli Luran yang mengajar
rekan-rekannya. Hamid Aly, seorang di antaranya yang pernah diajar oleh Fadeli
Luran.
H Akhmad Sinau, teman sepermainan Fadeli Luran berkisah bahwa anak itu
tergolong cerdas. “Di masa kecil ia pandai. Fadeli Luran fasih berbicara dan
selalu menjadi pemimpin. Saat masih bocah, saya serta Fadeli Luran sering ikut
main bola. Jeruk yang kami jadikan bola. Kami dengan teman-teman main bola di
tanah luas di bawah pohon kelapa”.
Asmara Kandas
Sesudah menetap selama dua tahun di rumah Sahibe, Fadeli Luran kemudian
ke Maroanging. Sejak itu, sekolah ia tinggalkan setelah duduk di kelas III SD.
Di Maroanging, Fadeli Luran menetap di rumah Ye’ Makka, pamannya. Di
kampung tersebut, ia membantu Ye’ Makka yang mandor jalan. Walau hidup di
pedalaman tidak dinamis, namun, Fadeli Luran tidak pernah bersikap tercela atau
berulah ugal-ugalan. Ia tetap tekun dan tabah. Ini sangat mengesankan Lim Keng
Yong. Kepala Dinas Pekerjaan Umum yang keturunan Tionghoa itu, akhirnya
mengajak Fadeli Luran untuk tinggal di kediamannya di Bamba.
Ketika menetap di rumah Lim Keng Yong, Fadeli Luran jatuh cinta dengan
putri seorang bangsawan. Perjalanan asmara tersebut, putus sesudah orangtua
sang gadis keberatan. Atas desakan keluarga ningrat itu, maka, Fadeli Luran
akhirnya meninggalkan Bamba.
Wiraswasta
Fadeli Luran kemudian berdagang bahan pokok sehari-hari. Dari Enrekang,
ia membawa beras dan jagung untuk dijual di Makassar. Saat balik, ia membawa
kain, merica, bawang putih, sabun serta beberapa keperluan dapur. Barang itu
kemudian dibeli oleh para penjual eceran di pasar.
Siklus perdagangan dari Enrekang ke Makassar, menempa wawasan Fadeli Luran
mengenai dunia wiraswasta. Papa Tensi, pamannya yang jongos Belanda, tempat
Fadeli Luran menginap bila ke Makassar, sangat bangga melihat potensi
keponakannya.
Fadeli Luran lalu merantau ke Balikpapan untuk mengadu nasib demi
pengembangan usaha. Ia ikut dengan Mama Cimba, tantenya untuk mengadu nasib.
Dalam kegairahan baru di Balikpapan, Fadeli Luran menjadi polisi. Selain
sebagai abdi negara yang setia kepada negara, ia juga berdagang gula merah
serta keperluan rumah tangga lainnya. Bahkan, ia pun belajar qasidah dan
barzanji.
Figur Fadeli Luran tidak sudi membiarkan ada lowongan yang mubazir. Ia
punya setengah karung tips dan trik dalam menakhodai bahtera hidupnya. Ia
polisi, pedagang, pegiat seni serta aktif menekuni ilmu agama. Sosoknya
merupakan manusia langka yang banyak akal dalam mengarungi terjangan hidup
keras di masa penjajahan.
Pada 1940, Fadeli Luran menikah dengan Hatijah. Dari pernikahan itu,
mereka dikaruniai Abdul Rahman, Cahyani dan Sultani. Sesudah bercerai, Fadeli
Luran menikah dengan Tanri. Dari Tanri, ia memperoleh tiga anak; Ishak, Halifah
serta Usman Thamrin. Mahligai rumah tangga mereka akhirnya kandas. (bersambung)
Pondok Pesantren IMMIM melakukan sterilisasi kampus dengan penyemprotan desinfektan. Santri-santri juga di liburkan dalam proses belajar mengajar di sekolah diganti dengan pembelajaran online/e-learning.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (11/3/2020) secara resmi mengumumkan virus Corona dari Wuhan atau Covid-19 sebagai pandemik. WHO juga mengingatkan untuk selalu membersihkan tangan secara teratur dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air, atau bila terpaksa dengan antiseptik, sebagai bentuk pencegahan. Di Indonesia sendiri, sudah terdapat 227 kasus pada (18/3/2020), penularan Covid-19 ini drastis cepat.
Demi mencegah penularan virus corona Covid-19, kebanyakan orang selalu sedia hand sanitizer ketika berpergian. Karena, ahli telah menyarankan selalu menjaga kebersihan tangan untuk mencegah penyebaran kuman dan bakteri. Namun hand sanitizer antiseptik jadi habis diborong di pasaran. Fenomena panic buying ini juga membuat harga hand sanitizer meroket.
Melihat persoalan ini, santri binaan TEAM Lab IPA Pesantren IMMIM membagikan informasi mengenai pembuatan hand sanitizer sederhana menggunakan campuran bahan alami serta alkohol guna menanggulangi kekhawatiran dan kelangkaan hand sanitizer di masyarakat.
Biosanitiser merupakan sebutan dari hand sanitizer yang terbuat dari bahan-bahan alami berbasis kearifan lokal yang dibuat oleh santri beserta Guru Pembimbing Ust Rusmadi di Lab IPA Pesantren IMMIM. Adapun komposisinya adalah Ekstrak Citrus Aurantifolia (Jeruk), Cymbopogon Citratus (Daun Serai), Syzgium Polyanthum (Daun Salam), Piper Betle (Daun Sirih), serta Alkohol 70%. Masing-masing ekstrak tumbuhan sebanyak 25 ml untuk 1000 ml Biosanitiser.
Bahan yang digunakan diekstraksi dengan metode MASERASI untuk mendapatkan senyawa yang dibutuhkan dalam pembuatan biosanitiser yang efektif membunuh kuman, bakteri, virus dan mikroorganisme lainnya. Adapun keunggulan dari produk ini adalah sangat instan digunakan dan tidak lengket ditangan. Selain itu biosanitiser ini menghasilkan aroma yang khas sehingga bisa menjadi parfum alami.
Penulis: Nur Ahmad Syahid, S.T. Koordinator MAFIKIB Pesantren IMMIM Putra Makassar