Pentingnya Pengembangan Literasi Santri

2020-03-22 | Artikel Pembina
gambar

Kegiatan membaca adalah sebuah aktivitas untuk membuka jendela dunia. Membaca adalah salah satu usaha untuk menambah wawasan dan pengetahuan seseorang tentang hal-hal di luar sana yang belum pernah ditemukan di lingkungan tempat  seseorang tersebut tinggal.

Sebagaimana telah dijelaskan juga dalam Alquran yang memuat wahyu pertama yang berbunyi “iqra” (bacalah) yang terdapat pada surah al-Alaq. Perintah membaca ada dalam wahyu pertama walaupun ditujukan kepada nabi Muhammad SAW yang ummi. Alquran, selain sebagai kitab suci umat Islam, juga merupakan salah satu sumber utama ilmu pengetahuan yang dapat menjawab berbagai masalah yang tengah dihadapi para cendekiawan.

Membaca dan menulis itu penting bukan hanya bagi masyarakat terdidik yang hendak dibangun Alquran, melainkan juga untuk menciptakan kebudayaan, menghasilkan pengetahuan anyar, dan membangun satu peradaban dinamis yang maju. Membaca dan menulis adalah perangkat dasar yang telah diajarkan Tuhan kepada kita untuk berkomunikasi (Q.S al-Rahman [55]:4) dan menanamkan pemikiran kritis kepada manusia.

Tanpa aktivitas membaca tidak akan ada pemikiran besar yang terlahir ke dunia. Aktivitas membaca tidak hanya berupa membaca karya-karya tulisan dalam bentuk teks, tapi juga merupakan pembacaan atas berbagai realita yang terjadi sehari-hari. Namun, untuk mampu membaca hal-hal yang terjadi di sekitar, dibutuhkan sebuah keahlian khusus yang tidak didapatkan begitu saja. Butuh latihan secara terus-menerus dan berkelanjutan.

Salah satu jalan yang bisa digunakan untuk mampu membaca realitas adalah dengan membaca beragam teks bacaan yang jumlahnya sangat banyak. Dengan membaca sebuah karya, kita bisa membaca pemikiran orang lain yang kita anggap luar biasa. Orang-orang yang berpengaruh dalam bidangnya pasti dikelilingi  oleh bahan bacaan yang tak terhitung jumlahnya.

Dari sebuah bacaan, kita bisa belajar bagaimana pola pikir orang-orang yang  berada jauh dari jangkauan kita. Dari bacaan pulalah kita memelajari peradaban negara-negara maju di dunia. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jadinya sebuah bangsa yang tidak menumbuhkembangkan bacaan sebagai salah satu proses kegiatan yang inti. Tanpa aktivitas membaca, mustahil sebuah bangsa bisa mendapat predikat sebagai salah satu negara maju di dunia.

Mengapa harus pesantren?
Dinamika kehidupan pesantren yang dengan sistem asrama yang hidup di bawah bimbingan ustaz atau pembina selama 24 jam sehari seharusnya memberikan keunggulan yang lebih baik  bagi pihak pesantren dalam hal budaya membaca (literasi) dibandingkan dengan sistem sekolah umum. Namun apakah gerakan literasi di pesantren benar-benar sudah berada pada arahnya?

Sulit untuk mengatakan “ya” secara meyakinkan. Seperti yang kita lihat di lapangan, gerakan literasi di pesantren, secara umum, masih sangat kurang. Dalam sehari hari, berapa persen santri yang membaca sumber bacaan selain buku teks pelajaran? Memang ada tapi sedikit jumlah santri yang dengan senang hati mengunjungi perpustakaan dengan niat ingin menambah wawasan pengetahuan dengan membaca buku selain buku teks pelajaran.

Dengan menyaksikan kondisi tersebut di atas, gerakan pengembangan literasi sangat dibutuhkan di pesantren dalam rangka mengembangkan wawasan pengetahuan santri. Jika gerakan literasi digalakkan secara masif di pesantren, bukanlah suatu yang tidak mungkin negeri ini akan menjadi lebih baik.

Gerakan literasi ditandai dengan dua kegiatan inti, yakni membaca dan menulis. Perpustakaan Ibnu Rusyd Pesantren IMMIM Putra, dalam upayanya membangun lingkungan santri yang gemar membaca dan menulis, mengadakan berbagai usaha dan kegiatan yang diharapkan dapat memicu dan memacu aktivitas membaca dan menulis di kalangan santri. Di antara usaha dan kegiatan tersebut adalah:

  1. Kegiatan berkunjung ke berbagai perpustakaan.
  2. Membentuk kader pustakawan yang digerakkan oleh santri sendiri.
  3. Mendesain perpustakaan agar menjadi tempat yang nyaman untuk kegiatan membaca, menulis dan belajar-mengajar.
  4. Kunjungan ke pameran buku.
  5. Melakukan sosialisasi secara terus menerus tentang manfaat membaca dan menulis.
  6. Membuat majalah dinding (MADING) yang memuat berbagai informasi terbaru sebagai wujud nyata penerapan kegiatan membaca dan menulis.
  7. Para pengelola perpustakaan telah mengikuti berbagai  kegiatan seminar serta kegiatan lain yang menyangkut literasi dalam upaya membantu pengembangan perpustakaan ke depan.

Berbagai kegiatan yang telah dan terus-menerus dilakukan dan dikembangkan oleh Perpustakaan Ibnu Rusyd di atas diharapkan dapat membuat para santri memiliki kemampuan menambah dan menyaring informasi  sehingga mereka bisa memiliki wawasan yang luas yang bermanfaat bagi diri mereka dan menjadikan mereka sebagai insan kamil dan manusia Indonesia seutuhnya, berkarya cerdas, dan berakhlakul karimah, di mana pun kelak mereka berada.

Penulis:
Sukmawaty,S.Hum
Pustakawan Pesantren IMMIM Putra Makassar

Beri Komentar

Email Anda tidak akan dipublikasikan